Selasa, 13 September 2011

Budidaya Jangkrik


Jangkrik atau liogryllus bimaculatus mempunyai banyak kegunaan dan salah satunya adalah sebagai sumber pakan bagi ikan hias.

Selain dapat diperoleh dari alam, jangkrik juga dapat diternakkan. Hal pertama yang harus diperhatikan dalambudidaya jangkrik adalah mempersiapkan sangkarnya.

Beberapa faktor yang harus diketahui oleh para calonpembudidaya jangkrik adalah bahan dasar untuk membuat sangkar jangkrik adalah kayu sengon atau triplek tebal.

Ukuran (p x l x t) sangkar bervariasi, tergantung oleh skala produksi yang akan dilakukan, misalnya 80 x 120 x 40 atau 90 x 180 x 40 dan sangkar dibentuk menjadi persegi panjang.
Catatan lainnya :
  1. Bagian atas kotak dibuat terbuka, dengan mempertimbangkan bahwa fungsional atap diambil alih oleh kotak kedua (fungsi utama sebagai tempat perawatan induk pra bertelur).
  2. Kotak atas diberi penutup berupa papan kayu atau tripleks tipis agar pada malam harinya jangkrik tidak melarikan diri.
  3. Sangkar diletakkan ditempat yang teduh untuk menjaga kelembaban udara.
  4. Untuk melindungi jangkrik dari serangan semut, pada kaki – kaki sangkar dialasi dengan mangkok yang berisikan air.
A. PENGADAAN INDUKAN
Induk jangkrik diperoleh dengan cara menangkap dari alam. Persyaratan umum dalam memilih calon indukan :
  1. Induk berusia kurang lebih 60 – 70 hari.
  2. Mempunyai panjang tubuh 3 cm.
  3. Antena (sungut) harus dalam kondisi tidak putus.
Induk jantan :
  1. Tekstur sayapnya kasar.
  2. Berwarna gelap kehitaman.
Induk betina :
  1. Bulunya halus.
  2. Berwarna coklat muda.
  3. Mempunyai ekor jarum yang runcing.
B. PROSES PERKAWINAN
Perbandingan jumlah antara induk jantan dengan induk betina yang akan dikawinkan adalah 1 jantan : 10 betina.
  1. 1 ekor induk betina bisa menghasilkan 300 – 500 telur.
  2. Dalam usahanya untuk menarik perhatian induk betina, induk jantan akan menggesek – gesekkan sayapnya hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.
  3. Jika keduanya sudah saling tertarik, maka proses perkawinan akan terjadi dengan posisi induk betina berada diatas induk jantan.
  4. Untuk mempercepat terjadinya proses perkawinan, proses perkawinan dilakukan di kandang yang untuk setiap sisinya telah dilapisi dengan tanah lempung.
  5. Ciri – ciri induk betina yang sudah siap bertelur adalah bentuk perutnya membesar dan berjalan dengan lambat.
  6. Telur jangkrik mempunyai bentuk yang bulat memanjang dan berwarna putih kecoklatan.
  7. Induk betina yang sudah akan bertelur segera dipindahkan ke dalam ruang bertelur yang sudah dilapisi dengan plastik dan dialasi dengan pasir.
  8. Pemanenan terhadap telur dapat dilakukan 4 hari sekali dimana induk betina yang sudah bertelur harus segera dipindahkan ke sangkarnya kembali.
C. PASCA PANEN TELUR
Telur harus dijaga kelembabannya dengan cara diselimuti dengan kain halus. Selain itu, telur harus diletakkan ke dalam sebuah ruangan yang bersuhu kamar selam kurang lebih 2 hari.

Telur dapat dimasukkan ke dalam ruang inkubator yang berwujud stoples setelah telur menjadi kering. Selama berada didalam ruang inkubator, telur jangkrik harus dirawat dengan cara dibolak – balikkan dan disemprot dengan air.

Untuk mempercepat proses penetasan telur jangkrik, ruang inkubasi harus diletakkan didalam ruangan yang dekat dengan cahaya. Dalam kurun waktu 10 hari setelah telur diinkubasi, telur akan menetas secara serempak. Untuk itu, sebelum telur – telurnya menetas, telur jangkrik harus dipindahkan ke dalam ruang pembesaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar